Kesehatan Mental Dimulai dari Rumah: Refleksi Orangtua dalam Menumbuhkan Empati dan Ketenangan
Setiap bulan Oktober, dunia memperingati World Mental Health Day sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental bagi semua kalangan. Namun, bagi mahasiswa yang sedang berada pada masa transisi menuju kemandirian, dukungan keluarga terutama dari orangtua menjadi fondasi utama yang memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Kesehatan mental bukan hanya urusan individu, tetapi juga hasil dari pola hubungan dan komunikasi yang tumbuh di rumah.
Rumah sebagai Ruang Aman Emosional
Bagi banyak mahasiswa, rumah dan keluarga masih menjadi tempat pertama yang mereka tuju ketika menghadapi tekanan akademik, relasi sosial, atau kebingungan arah hidup. Namun, rumah hanya dapat menjadi “ruang aman” jika di dalamnya tumbuh rasa saling memahami dan penerimaan tanpa syarat. Orangtua yang mampu menciptakan suasana tenang dan terbuka membantu anak belajar mengenali dan menata emosinya.
Menurut penelitian oleh Reupert & Maybery (2016), pola komunikasi keluarga yang hangat dan terbuka berkontribusi besar terhadap resiliensi atau daya tahan anak dalam menghadapi tekanan hidup. Sebaliknya, lingkungan rumah yang penuh kritik atau tuntutan dapat memperkuat rasa cemas dan menurunkan kepercayaan diri mahasiswa. Maka, peran orangtua bukan hanya sebagai pemberi nasihat, melainkan juga sebagai pendengar yang hadir penuh perhatian.
Empati merupakan Kunci Hubungan yang Menyembuhkan
Empati berarti berusaha memahami perasaan anak dari sudut pandangnya, bukan dari sudut pandang orangtua. Dalam praktiknya, empati tampak dari cara orangtua bertanya dengan lembut, memberi ruang bagi anak untuk bercerita tanpa interupsi, atau menghindari komentar yang menghakimi.
Contoh sederhananya yaitu ketika anak mengatakan “Aku capek banget sama kuliah,” tanggapan yang empatik bisa berupa, “Kelihatannya kamu benar-benar lelah, ya. Apa yang paling berat buatmu belakangan ini?” dibandingkan “Namanya juga kuliah, wajar capek.” Dengan cara ini, anak merasa diterima, bukan dihakimi. Empati membuka jalan bagi anak untuk merasa aman bercerita, sekaligus menumbuhkan kemampuan mereka dalam berempati kepada orang lain di masa depan.
Keteladanan Ketenangan dari Orangtua
Ketenangan emosional di rumah seringkali dimulai dari ketenangan orangtua sendiri. Mahasiswa mudah menangkap suasana hati orangtua baik ketika ayah dan atau ibunya mengalami stres, emosi frustrasi, maupun amarah yang tidak terselesaikan. Ketika orangtua mampu mengelola stresnya dengan sehat, anak belajar bahwa menghadapi tekanan hidup tidak harus dengan panik atau marah.
Latihan sederhana seperti deep breathing, doa, refleksi diri, atau sekadar menata ulang rutinitas dapat membantu orangtua menjaga keseimbangan emosi. Ketenangan orangtua bukan hanya menular, tetapi juga membentuk iklim psikologis rumah yang kondusif bagi pertumbuhan mental anak.
Refleksi: Dimulai dari Diri Sendiri
Merawat kesehatan mental keluarga berarti juga berani merefleksikan diri sebagai orangtua. Apakah selama ini saya lebih sering menasihati atau mendengarkan? Apakah saya memberi ruang bagi anak untuk berbeda pendapat? Apakah rumah kami terasa aman untuk berbicara tentang perasaan?
Pertanyaan-pertanyaan reflektif seperti ini membantu orangtua menyadari bahwa dukungan emosional tidak selalu berarti “memberi solusi”, tetapi lebih pada “hadir dengan kasih”.
Kesehatan mental yang kuat tumbuh dari kebiasaan keluarga yang saling memahami, saling mendukung, dan saling menenangkan. Maka benar adanya kesehatan mental memang dimulai dari rumah.
Daftar Pustaka
- Reupert, A., & Maybery, D. (2016). What do we know about families where parents have a mental illness? A systematic review. Child & Youth Services, 37(2), 98–111.
- Siegel, D. J., & Bryson, T. P. (2011). The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child’s Developing Mind. New York: Delacorte Press.
- World Health Organization. (2023). World Mental Health Day 2023: Mental Health is a Universal Human Right. Diakses dari https://www.who.int/
- Gottman, J., & DeClaire, J. (1997). Raising an Emotionally Intelligent Child. New York: Simon & Schuster.
- American Psychological Association. (2022).
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...