Bersahabat dengan Remaja: Tips Simpel untuk Orangtua
Seorang mahasiswa saat ini memasuki masa remaja sampai dengan memasuki masa dewasa awal adalah masa transisi yang cukup penting dan kritis bagi perkembangan individu. Pada masa ini, seseorang mengalami berbagai perubahan, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Menurut teori Psikososial Erik Erikson, terdapat dua tahap utama yang dilalui: pencarian identitas pada masa remaja, di mana individu mulai mempertanyakan siapa diri mereka dan peran apa yang ingin dijalani di masyarakat; serta pembentukan keintiman pada masa dewasa awal, saat individu mulai membangun hubungan yang dekat dan penuh komitmen. Gagalnya pembentukan hubungan yang sehat dapat menyebabkan perasaan kesepian dan keterasingan. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa remaja mulai mencari identitas diri, terutama mengenai peran mereka di masyarakat, juga mereka mulai membentuk hubungan intim dan dekat dengan orang lain. Dengan demikian, masa ini menjadi penting bagi remaja untuk menemukan jati diri sekaligus mulai menjalin hubungan yang intim dan bermakna dengan orang lain.
Dilain sisi Orangtua berada pada masa Generativitas & Integritas. Masa Generativitas ditandai dengan situasi yang membuat orangtua fokus pada kontribusi untuk generasi berikutnya dimasyarakat atau justrus menjadi tidak produktif. Sedangkan dimasa Integritas orangtua lebih banyak melakukan perenunangan tentang hidup, seperti contohnya mengenai pengalaman hidup. Jika remaja dan dewasa awal sibuk mencari jati diri dan membangun hubungan emosional, maka orangtua justru sedang berada dalam tahap memberi kembali kepada masyarakat dan merenungkan arti hidup mereka. Perbedaan kebutuhan psikologis ini seringkali memunculkan jarak emosional, konflik pandangan, atau kesalahpahaman antara orangtua dan anak.
Kesenjangan kondisi ini, baik dari sisi remaja/dewasa dan sisi orangtua kadang menimbulkan konflik (tautan: https://parent.binus.ac.id/2025/04/seni-berkonflik-dengan-remaja/). Beberapa orangtua menyampaikan kesulitannya dalam menjalin & mempertahankan hubungan yang harmonis dengan remaja. Tantangannya adalah bagaimana orangtua bisa bersahabat dengan anak mereka yang memasuki fase remaja/dewasa awal, karena tidak jarang dimasa ini hubungan yang terjadi justru dingin & berjarak. Dibutuhkan trik khusus untuk dapat bersahabat dengan remaja.
Agar dapat membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan anak, penting untuk memulainya dari sudut pandang orangtua terlebih dahulu. Orang tua memiliki dorongan alami untuk merasa berarti, bermanfaat, dan dihargai terutama oleh anak-anak mereka sendiri. Namun, orangtua juga perlu memahami tahap perkembangan seorang anak melalui kedekatan emosional dan hubungan yang hangat, bukan hanya dalam bentuk pengawasan saja. Dengan demikian, orangtua tidak hanya membantu anak tumbuh dengan sehat secara emosional, tetapi juga membantu diri sendiri sebagai orangtua agar dapat menjalani tahap kehidupannya dengan lebih damai dan penuh makna. Dengan demikian para orangtua dapat menikmati dan menjalani kesehariannya dengan lebih ringan dan enjoy dalam mendampingi perkembangan anak remajanya.
Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk bisa bersahabat dengan remaja :
- Memahami remaja dengan segala karakteristik & tugas perkembangannya.
Banyak orangtua menyampaikan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam memahami remaja. Salah satu cara yang perlu orangtua pahami adalah dengan mengamati dan mempelajari karakteristik remaja, dengan sudut pandang sebagai berikut:
- Sisi Kognitif
Remaja sudah mampu berfikir secara kompleks, abstrak serta kritis bahkan solutif. Ini merupakan potensi yang baik untuk mereka belajar berkembang. Namun cenderung lebih egosentris (terpusat pada dirinya sendiri) sehingga tidak mudah untuk remaja menerima masukan dari orang lain, terutama orangtua.
- Sisi Emosi
Umumnya perkembangan emosi remaja masih belum stabil karena masih dipengaruhi oleh perubahan hormon, baik hormon perkembangan maupun hormon seksualitas. Hal ini menyebabkan seringkali emosi yang muncul dalam diri remaja adalah emosi marah. Sehingga emosi remaja cenderung meletup-letup, mudah marah atau mudah dipengaruhi oleh orang lain di sekitar khususnya teman sebayanya .
- Sisi Sosial
Remaja ada dalam fase lekat dengan peer group / teman sebaya dibandingkan dengan keluarga. Kelekatan ini memunculkan perilaku konformitas, yaitu : perilaku mengadopsi/menginternalisasi nilai-nilai atau perilaku-perilaku yang banyak dilakukan oleh teman sebayanya.
- Perspektif terhadap diri remaja sendiri
Tidak sedikit remaja yang merasa tidak percaya diri, yang biasanya diawali dengan adanya pengalaman tidak menyenangkan pada masa lampau, misal : bully, cap negatif dari orangtua, keluarga kurang harmonis, mendapat perlakuan abusive dll.
- Romansa Percintaan
Masa remaja ini, ditandai salah satunya dengan adanya ketertarikan dengan lawan jenis. Masa ini merupakan waktunya mereka mulai menjalin relasi yang lebih intim, dimana mereka tetap butuh untuk diedukasi dengan baik agar tidak ada perilaku yang menyebabkan kerugian, baik bagi dirinya sendiri ataupun oranglain.
- Bangun komunikasi yang positif dengan cara menjadi pendengar yang baik dan menyenangkan untuk remaja.
Lebih banyak menyimak/mendengar dibandingkan terlalu sering menasehati, dengan begitu mereka akan tahu bahwa mereka punya tempat pulang dan nyaman bercerita tanpa khawatir ada judgment/penilaian.
Hindari gaya komunikasi seperti dibawah ini, yaitu :
- Meremehkan
- Membandingkan
- Memberikan label
- Memerintah
- Mengkritik
- Terlalu sering menasehati
- Menyindir
- Menganalisa
- Menjadi teladan untuk remaja.
Ingat bahwa masa remaja ini ditandai dengan adanya perilaku konformitas yang artinya apabila remaja memiliki sahabat, mereka akan cenderung meniru perilaku sahabatnya tersebut. Tentunya yang orangtua harapkan adalah peniruan perilakunya adalah perilaku yang positif. Oleh sebab itu, perlu sekali orangtua memberikan teladan yang benar dan baik dalam rangka menjalin persahabatan dengan remaja. Sehingga apabila orangtua hendak menanamkan nilai-nilai positif tertentu, mereka akan lebih mudah melihat contoh dari lingkungan terdekat mereka yaitu orangtua.
- Pahami batasan/boundaries masing-masing
Penting untuk orangtua memahami, menghormati dan menerima batasan yang diminta oleh remaja. Sama halnya dengan diri orangtua sendiri terhadap anak remajanya. Hal ini justru bisa banyak bermanfaat untuk remaja, seperti: melatih kemandirian remaja, melatih tanggungjawab dan meningkatkan rasa percaya diri dll. Ketika sudah muncul kepahaman dan rasa saling menghormati, orang tua dapat lebih mudah untuk membangun hubungan yang lebih baik dan membantu remaja tumbuh menjadi individu yang sehat & bertanggung jawab.
Hal yang orangtua bisa lakukan untuk bisa menerapkan hal ini antara lain adalah :
- Bangun komunikasi yang terbuka (point 2)
- Saling menghormati privacy masing-masing
- Berikan ruang dan waktu untuk remaja mengeksplorasi diri
- Konsisten dan berikan teladan
- Jangan
Kita ketahui bersama bahwa masa remaja ini adalah masa transisi yang didalamnya berpeluang memunculkan konflik, oleh karena itu orangtua sebaiknya lebih sabar dalam membersamai remaja. Perilaku mudah baper/mudah tersinggung yang mungkin muncul dari sisi orangtua terhadap perilaku anak remaja akan mudah melahirkan konflik, seperti misalnya : orangtua terlalu mudah bereaksi terhadap ucapan/perilaku remaja, yang sebenarnya mungkin tidak bermaksud untuk menyakiti/menyinggung perasaan orangtua.
Berikut beberapa manfaat apabila orangtua mampu menjadi sahabat untuk anak remaja mereka sendiri, yaitu:
- Remaja punya tempat untuk “pulang” (baca : orangtua), sehingga orangtua juga akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan menanamkan value/nilai-nilai keluarga.
- Orangtua akan mudah untuk memantau/mengetahui kondisi anak.
- Orangtua bisa lebih tenang dan punya waktu lebih banyak untuk diri sendiri.
- Memperat ikatan emosional antara anak dan orangtua
Persahabatan antara orangtua dan anak remaja sesungguhnya sangat menyenangkan, dimana kondisi tersebut sudah sudah agak jarang terjadi di zaman modernisasi saat ini. Mari tumbuh bersama anak, karena anak tak butuh orangtua yang sempurna, mereka butuh orangtua yang hadir dan bisa menjadi teman. Jadi mari sama-sama untuk saling belajar dan mengembangkan diri sehingga anak remaja selalu memiliki teman untuk pulang ke rumah bertemu dengan sahabat mereka, yaitu orangtua 😊.
Sumber :
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...