Quarter-Life Crisis dan Cara Orangtua Menanggapi
Memasuki jenjang kuliah merupakan salah satu perubahan dalam kehidupan anak. Pada masa ini, mereka dituntut untuk lebih mandiri, mampu mengambil keputusan penting, serta mempersiapkan masa depan. Tidak jarang mahasiswa mengalami quarter-life crisis, yaitu periode kebingungan, kecemasan, dan ketidakpastian yang dialami oleh individu usia 18-30 tahun. Kondisi tersebut biasanya merupakan respon psikologis dari adanya tuntutan kehidupan saat memasuki tahap dewasa muda. Banyak mahasiswa yang merasa terjebak antara tuntutan kehidupan baru dan keinginan untuk menjalani kehidupan seperti masa sebelumnya. Muncul kecemasan dan keraguan akan hidup pada saat ekspektasi tidak sesuai dengan realita.
Tanda-tanda dari anak mengalami quarter-life crisis dapat dikenali oleh orangtua. Sebagai orangtua, penting untuk memperhatikan tanda-tanda, seperti anak merasa ragu atau bingung dengan jurusan yang dipilih, cemas berlebihan terkait masa depan, merasa tertinggal dibandingkan teman-teman, menarik diri dari pergaulan, kehilangan motivasi, mengeluh terkait tekanan, serta tidak mampu menjelaskan perasaannya. Kondisi tersebut biasanya muncul akibat beberapa faktor, antara lain tekanan sosial untuk sukses di usia muda, membandingkan diri dengan pencapaian orang lain, ekspektasi tinggi dari keluarga atau lingkungan terdekat, serta perbedaan keinginan pribadi dengan ekspektasi eksternal.
Ketika quarter-life crisis terjadi pada anak, orangtua dapat mengambil peran untuk hadir memberikan dukungan yang diperlukan agar anak dapat melewatinya. Pertama, orangtua bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak dengan tidak menghakimi, memberikan kesempatan anak berpendapat, dan mendengarkan secara terbuka. Kedua, kurangi tekanan dan perkuat dukungan terhadap apa yang sedang dijalani oleh anak. Terkadang harapan tinggi dari orangtua, tanpa sadar bisa menjadi tekanan bagi anak. Ketiga, lebih terbuka dengan perubahan yang dipilih oleh anak. Misalnya Ketika anak ingin pindah jurusan, mengambil jeda kuliah, atau ingin mencoba kegiatan baru. Berikan respon yang empatik terhadap apa perasaan anak. Terakhir, bantu anak untuk mengeksplorasi minat dan nila-nilai hidupnya. Perlu diingat bahwa quarter-life crisis merupakan momen yang dapat membentuk karakter dan arah hidup anak. Dengan adanya empati, komunikasi terbuka, dan dukungan emosional dari orangtua, anak dapat menjadi individu yang lebih dewasa, bijak, dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.
Referensi:
- co. (2023). Mengenal Quarter Life Crisis: Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya. Diakses dari: https://www.tempo.co/ekonomi/mengenal-quarter-life-crisis-ciri-ciri-dan-cara-menghadapinya-100284
- (2023). Sering Overthinking Masa Depan? Kenali Tanda-Tanda Quarter Life Crisis. Diakses dari: https://kumparan.com/muhammad-irfan-k/sering-overthinking-masa-depan-kenali-tanda-tanda-quarter-life-crisis-247DkyxpPlf
- Pusat Layanan Konseling UNAIR. (2022). Cara Mengatasi Quarter Life Crisis Mahasiswa. Diakses dari: https://plk.unair.ac.id/cara-mengatasi-quarter-life-crisis-mahasiswa/
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...