Mengajarkan Anak Tanggung Jawab Pribadi dalam Perkuliahan
Di tengah persaingan yang semakin ketat dan tuntutan kehidupan yang terus meningkat, kemampuan mahasiswa untuk mengelola tanggung jawab pribadi mereka menjadi salah satu kunci keberhasilan di Perguruan Tinggi dan tahap kehidupan setelahnya. Bagi orangtua, mendukung anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab merupakan salah satu tugas yang penting dan menantang. Tanggung jawab pribadi mahasiswa mencakup kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana untuk diri sendiri, mengelola waktu dan sumber daya secara efisien, serta memenuhi tuntutan akademik dan sosial.
Orangtua dapat mendukung anak-anak dengan memberikan bimbingan dan sumber daya, bukan dengan mengambil alih tanggung jawab mereka. Hal ini berarti mengajarkan anak-anak cara membuat jadwal belajar yang efektif, mengelola keuangan pribadi, serta menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Selain itu, orangtua perlu memberikan ruang bagi anak-anak membuat keputusan dan belajar dari kesalahan mereka.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan Orangtua untuk mendukung kemandirian anak saat mereka menjadi mahasiswa :
- Pembuatan jadwal dan pengelolaan waktu
Membantu anak membuat jadwal belajar yang realistis dan efektif adalah langkah pertama dalam mengelola tanggung jawab. Anak dapat diarahkan untuk mengalokasikan waktu tertentu untuk belajar dan jam istirahat. Hal ini penting guna membangun kebiasaan dan pola perilaku yang sehat setiap hari.
- Keuangan pribadi
Dewasa ini, mengajarkan pengelolaan keuangan merupakan hal penting yang tidak boleh dilewatkan oleh orangtua. Hal ini mencakup mengarahkan anak untuk membuat anggaran pengeluaran, menabung, menghindari peminjaman uang atau hutang yang tidak perlu dari pihak-pihak yang dapat merugikan.
- Kesehatan dan kesejahteraan
Kesehatan fisik dan psikologis adalah fondasi penting dari keberhasilan akademik dan pribadi secara keseluruhan. Orangtua diharapkan dapat mendorong anak-anak untuk dapat menjaga pola makan yang sehat, rutin olahraga dan mencari bantuan professional ketika menghadapi stress atau masalah kesehatan mental yang tidak bisa diatasi sendiri.
- Komunikasi dan hubungan
Mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik dan membangun hubungan sosial yang sehat juga merupakan bagian dari tanggung jawab sebagai anak, dan sebagai individu yang memegang peran di masyarakat. Diskusi terbuka mengenai pentingnya empati, batasan-batasan dan penghormatan dalam semua jenis hubungan dapat sangat bermanfaat.
- Menghadapi kesulitan dan kegagalan
Orangtua harus mengajarkan bahwa kesulitan maupun kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Mahasiswa diharapkan memiliki growth mindset, dimana kesulitan dilihat sebagai kesempatan untuk berkembang yang merupakan kunci dalam mengembangkan resiliensi atau ketahanan mental mahasiswa.
Sumber :
– Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.
– Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist, 55(1), 68–78.
– Duckworth, A. L., & Seligman, M. E. P. (2005). Self-discipline outdoes IQ in predicting academic performance of adolescents. Psychological Science, 16(12), 939–944.
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...