Pentingnya Mengelola Emosi dalam Pengasuhan Anak

Salah satu tugas terberat Orang tua adalah mengajarkan cara mengelola emosi (perasaan) pada anak. Untuk dapat mengajarkan cara mengelola emosi kepada anak, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah belajar untuk mengelola emosi kita sendiri sebagai Orang tua. Tentunya parents bertanya-tanya apa hubungan antara kemampuan Orang tua dalam mengelola emosi pribadinya dengan proses pengasuhan?

Sebagaimana yang kita ketahui, Orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anak. Dengan kata lain, anak belajar dengan cara melihat dari perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh Orang tua. Anak belajar cara berkomunikasi, cara menyelesaikan masalah, cara belajar suatu hal yang baru, dan yang terpenting adalah cara mengelola emosi terutama emosi negatif seperti rasa takut rasa marah, dan rasa kecewa.

Satu hal yang perlu dipahami adalah mengelola emosi itu bukan berarti kita tidak boleh mengekspresikan apa yang kita rasakan. Emosi tidak selalu bermakna marah. Emosi itu beragam, ada perasaan senang, perasaan sedih, dan sebagainya. Meskipun emosi kerap identik dengan perasaan negatif seperti marah. Setiap orang boleh marah karena marah, sedih, kecewa, dan berbagai perasaan yang kita rasakan merupakan bagian dari diri kita sebagai individu yang memiliki perasaan. Meskipun demikian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kita marah. Bagaimana agar ketika kita marah atau merasa kesal itu dapat disalurkan dengan cara yang adaptif dan tidak merusak atau merugikan diri kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Berikut ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh kita sebagai Orang tua untuk mengelola perasaan negatif kita.

1. Take a time out (Mengambil jeda)

Hal pertama yang dapat dilakukan ketika kita marah adalah, mengambil jeda. Ketika kita merasa marah, beberapa orang terkadang cenderung mengatakan sesuatu yang menyakitkan karena perasaan marah yang tidak terkendali. Oleh karena itu, sebelum kita membahas terkait persoalan intinya, ada baiknya untuk kita menenangkan diri terlebih dahulu. Setelah lebih tenang, ketika kita sudah bisa berpikir dengan lebih jernih, baru bicara dan membahas permasalahannya.

2. Don’t get defensive (Jangan membentengi diri)

Respon lainnya ketika kita sedang marah dan berargumen adalah kita cenderung membentengi diri, dan fokus untuk mempertahankan pendapat atau meyakinkan diri bahwa apa yang kita lakukan benar dan orang lain salah. Sebelum berespon, latih diri untuk selalu memberi ruang bahwa orang lain juga mungkin benar. Ingatlah bahwa mungkin kita juga tidak selalu benar.

3. Learn to listen (Belajar untuk mendengarkan)

Hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah belajar untuk mendengarkan penjelasan dari orang lain. Kadang apa yang kita yakini benar, belum tentu benar di mata orang lain. Setiap orang punya perspektif dan cara pandang mereka masing-masing dalam menyikapi sesuatu atau menyelesaikan masalah. Belajar untuk coba mendengarkan supaya kita lebih bisa memahami apa yang dimaksud.

Demikian beberapa tips singkat yang dapat dicoba oleh parents. Semoga bermanfaat.

Sumber: https://www.nationwidechildrens.org/ dan https://www.stanfordchildrens.org/