Keterampilan yang Perlu Dimiliki Orang tua Ketika Berkonflik dengan Anak
Keterampilan yang Perlu Dimiliki Orang tua Ketika Berkonflik dengan Anak
Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan antara orang tua dengan anak tidaklah selalu mulus dan terkadang diwarnai oleh konflik. Sebagai dua individu yang berbeda, tentunya pasti akan ada perbedaan opini dan cara pandang dalam melihat suatu hal. Perbedaan usia antara orang tua dan anak juga dapat menimbulkan cara berkomunikasi yang berbeda sehingga rentan memunculkan konflik. Pada dasarnya, konflik adalah suatu hal yang lumrah dan sehat karena membantu anak mengembangkan kemandirian dan tanggungjawab. Akan tetapi ketika hubungan orang tua dan anak memiliki banyak konflik, hal tersebut dapat memicu kondisi stres pada satu sama lain dan dapat berpotensi membuat hubungan menjadi semakin renggang. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk membekali diri beberapa keterampilan dasar yang perlu dimiliki ketika berkonflik dengan anak:
- Pengelolaan emosi
Saat orang tua berkonflik dengan anak, seringkali muncul kekecewaan dan kemarahan yang besar mengenai sikap atau perkataan yang dilontarkan anak. Perasaan tidak nyaman adalah hal yang lumrah untuk dirasakan. Namun, bukan berarti orang tua jadi dikendalikan oleh perasaan tersebut sehingga akhirnya mengucapkan atau melakukan hal yang dapat disesali di kemudian hari. Ketika berada dalam konflik, otak manusia cenderung dibanjiri oleh perasaan yang intens sehingga menghalangi kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara rasional. Penting untuk mengelola emosi sebelum mencoba menyelesaikan konflik dengan anak. Coba ambil waktu untuk mengelola emosi yang dirasakan di tempat yang tenang sambil bernafas dalam dan perlahan sebelum bicara kembali dengan anak. Menenangkan diri dapat membantu orang tua untuk melihat dan mempertimbangkan situasi secara menyeluruh sehingga memiliki peluang lebih besar untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap konflik atau masalah yang dihadapi.
- Mendengar aktif
Keterampilan mendengar aktif penting untuk dimiliki dalam menyelesaikan konflik. Mendengar aktif bukan hanya sekedar menerima masukan suara dari lawan bicara, akan tetapi mendengar dengan penuh perhatian terhadap hal yang dikatakan oleh lawan bicara dengan tujuan untuk memahami lawan bicara tersebut. Cobalah untuk memperhatikan secara saksama hal yang dikatakan anak tanpa terburu-buru membuat penilaian atau memaksakan suatu kehendak. Tujuan mendengar aktif adalah memahami point of view (sudut pandang) anak. Maka, berikan kesempatan pada anak untik menyelesaikan kata-katanya tanpa interupsi. Ketika anak selesai menyampaikan suatu pesan, orang tua dapat mengulangi atau bertanya kembali pada anak untuk mengecek apakah hal yang ditangkap orang tua sudah akurat sesuai dengan yang dimaksud oleh anak.
3. Asertif
Asertif merupakan sikap ketika seseorang dapat menyampaikan keinginan dan kebutuhannya secara jelas serta dapat menghargai posisi dan batasan antara diri sendiri dan orang lain sebagai lawan bicara. Orang tua yang asertif adalah orang tua yang dapat terbuka dan menghargai perbedaan antara orang tua dan anak sekalipun hal tersebut tidak nyaman. Orang tua yang asertif dapat menyampaikan pendapatnya dengan tenang tanpa harus mengancam atau takut terancam oleh anaknya. Menjadi asertif dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan pikiran dan keyakinan secara jujur dan masuk akal — serta mendorong anak untuk melakukan hal yang sama. Sikap asertif membantu penyelesaian konflik secara adil karena mempertimbangkan suara dan sudut pandang tiap pihak yang terlibat.
Sumber:
https://www.pon.harvard.edu/daily/conflict-resolution/negotiating-with-your-children-2/
https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-it-together/202006/active-listening-skills
https://www.psychologytoday.com/us/basics/assertiveness
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...