Mengenal lebih baik mengapa anak cenderung melakukan sesuatu yang seringkali dianggap tidak masuk akal atau di luar logika orang dewasa
Mengenal lebih baik mengapa anak cenderung melakukan sesuatu yang seringkali dianggap tidak masuk akal atau di luar logika orang dewasa.
Sebagai orangtua, ada masanya kita mempertanyakan, mengapa anak yang sedang beranjak dewasa, SMA, atau mereka yang mulai memasuki awal-awal kuliah kerap melakukan sesuatu di luar nalar orang dewasa. Kalau dipikir sebagai orang dewasa, kecil kemungkinan untuk kita lakukan karena tentu mempertimbangkan berbagai konsekuensi yang menyertai dari sebuah perilaku. Ketidakpahaman ini yang seringkali membuat orangtua dan anak mengalami konflik.
- Mengapa sebagai orangtua kita merasa perbuatan remaja kerap tidak masuk akal?
- Mengacu pada American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, diketahui bahwa remaja identik dengan perilaku mereka yang “melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan”. Remaja kerap mengambil keputusan atau melakukan tindakan yang dianggap orang dewasa tidak masuk akal, berisiko tinggi, atau bahkan berbahaya. Hal ini disebabkan karena perkembangan otak di masa remaja belum berkembang secara optimal.
- Bagian otak yang berperan sebagai pusat pengambilan keputusan, mempertimbangkan benar atau salah, belum sepenuhnya terbentuk. Hal ini yang membuat tindakan remaja didasari oleh dorongan sesaat, cenderung tidak banyak mempertimbangkan konsekuensi, mudah untuk ikut-ikutan, dan melakukan sesuatu atau terlibat pada hal-hal yang dianggap orang dewasa sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak sepatutnya untuk dilakukan.
- Kapan otak manusia berkembang secara optimal?
Bagian otak yang berperan sebagai pusat pengambilan keputusan, baru terbentuk secara optimal ketika seseorang mulai masuk ke usia dewasa, sekitar usia 22 sampai dengan 34. Disertai dengan faktor lingkungan yang turut menyumbang dalam pembentukan kepribadian seseorang sehingga dapat dikatakan menjadi “lebih matang”, atau “lebih dewasa” dalam bersikap. Hal ini yang membuat seiring bertambahnya usia seseorang, umumnya seseorang jadi lebih mawas diri dan mulai mempertimbangkan dengan seksama risiko dari keputusan yang mereka ambil.
- Kontribusi apa yang dapat diberikan oleh orangtua agar anak dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan?
- Meskipun bagian dari perkembangan anak, orangtua tetap memegang peran penting untuk mendampingi dan membimbing. Oleh karena itu, sebagai orangtua kita dapat untuk membangun budaya diskusi.
- Ajak anak untuk berdiskusi sedini mungkin, sehingga mereka dapat belajar mempertimbangkan konsekuensi atas perilaku mereka. Sebagai contoh, apabila mahasiswa memutuskan untuk tidak mengikuti perkuliahan, apa konsekuensinya terhadap mereka? Kalau tidak lulus mata kuliah, ada dampaknya terhadap mereka? Dan Sebagainya. Dialog dan diskusi antar anak dengan orangtua merupakan suatu hal yang penting agar baik orangtua dan anak sama-sama saling memahami dan mudah-mudahan, dapat mengurangi konflik karena salah paham.
Diakses dari: American Academy of Child and Adolescent Psychiatry
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...