Liburan Bermakna
Liburan Bermakna
Liburan biasanya menjadi momen berkumpulnya anggota keluarga. Pada momen ini, sudah direncanakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama seperti berlibur ke luar kota maupun makan bersama. Tujuannya agar setiap anggota keluarga dapat saling bercerita, berbagi, maupun bermain. Agar yang biasanya memiliki kegiatan masing-masing, saat momen ini dapat melakukan kegiatan bersama. Bapak yang biasanya sibuk dengan berbagai rapat atau mengejar target dari perusahaan, Ibu yang biasanya sibuk mengurus kebutuhan rumah tangga atau kegiatan lainnya, dan anak yang biasanya sibuk dengan tugas-tugas kuliah atau belajar untuk ujian. Diharapkan dari liburan ini dapat melakukan kegiatan secara bersama dan bermakna.
Bagaimana caranya agar liburan kita bisa bermakna? Kita dapat menggunakan salah satu metode yaitu mindfulness. Apakah mindfulness itu? Mindfulness adalah keberadaan diri kita secara penuh saat ini. Kita menyadari bagaimana perasaan kita, apa yang kita pikirkan, apa yang kita inginkan tanpa memberikan penilaian maupun kritik. Dalam keadaan mindful, orang tidak memberikan analisis kritis atau memberikan penilaian terhadap pengalaman yang dialami. Dengan mindfulness, kita dapat memanfaatkan momen liburan ini dengan baik dan sadar penuh. Kita dapat melupakan peran, tugas-tugas, maupun tuntutan kita ke depannya. Kita benar-benar menghargai dan memanfaatkan momen ini untuk diri kita terlebih dahulu kemudian dapat berdampak untuk anggota lainnya.
Sebagai orangtua, seringkali kita memiliki berbagai peran dan tugas. Misalnya, seorang Ibu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarga, mengatur keuangan, maupun membantu pemasukan keuangan di keluarga. Saat liburan ini, kita dapat meninggalkan tugas-tugas tersebut dalam waktu sesaat. Kita dapat memanfaatkan waktu untuk bisa menaruh perhatian secara penuh akan apa yang kita rasakan dan pikirkan saat ini. Sehingga kita bisa menyadari dan merasakan apa yang terjadi di tubuh dan lingkungan kita sendiri. Kita bisa merasakan udara yang kita hirup secara perlahan, merasakan nikmatnya air yang kita teguk, maupun merasakan hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulit kita. Selain itu, kita juga dapat melakukan latihan “diam sejenak” selama 5 menit secara rutin. Coba lah untuk mengatur nafas, menarik dan membuang nafas dengan ritme yang teratur, membuat diri kita dalam kondisi relaks, melepaskan pikiran maupun perasaan secara perlahan, dan menaruh perhatian kondisi kita saat ini.
Jika kita sudah bersikap mindfulness sebagai orangtua, akan membantu kita tidak terlalu reaktif terhadap tingkah anak ataupun kejadian tidak terduga. Kita akan mencoba memahami dan menerima kejadian yang menyenangkan maupun tidak. Kita akan melihat momen saat itu, tidak mengingat kejadian lalu maupun efek ke depannya. Bagaimana caranya untuk bersikap mindfulness parenting? Pertama-tama, kita coba merubah parenting goals menjadi relationship goals untuk hubungan anak dan orangtua. Saat liburan ini, kita dapat mendengarkan secara penuh terhadap cerita anak dan tidak melakukan kritik. Coba lah untuk tidak memberikan penilaian terhadap apa yang dirasakan oleh anak maupun diri sendiri. Misalnya, dari cerita anak kita sudah “cap” anak sebagai anak yang malas atau “cap” diri kita sebagai orangtua yang gagal. Sadar akan emosi yang timbul dan menerima emosi tersebut. Cara yang terakhir adalah memberikan empati dan kasih sayang kepada anak maupun anggota keluarga lainnya.
“Mindful parenting is the hardest job on the planet, but it’s also one that has the potential for the deppest kinds of satisfactions over the life span, and the greatest feelings of interconnectedness and community and belonging” – Jon Kabat-Xinn –
Semoga Bapak dan Ibu dapat memanfaatkan momen liburan ini secara utuh dan bermakna.
Sumber :
Binky. (2018). Artikel Mindfulness Parenting dari : http://rumahdandelion.com/article/mindfulness-parenting/
Rinaldi, Martaria Rizky dan Retnowati, Sofia. (2016). Program “Mindful Parenting” untuk Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Dipetik 16 Desember 2019, dari Gadjah Mada Journal of Professional Psychology Volume 2, No.2, 2016 : 100 – 115.
Sethi, Sujata dan Sharma, Harshit. (2018). Midfulness in Parening and its Implications. Dipetik 16 Desember 2019, dari Journal of Indian Association for Child and Adolescent Mental Health – April 2018.
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...