KETIKA REMAJA MENGALAMI KEGAGALAN DI PERKULIAHAN
“Anak saya mendapatkan IPK yang rendah”
“Anak saya tidak lulus tepat waktu”
“Anak saya harus mengulang mata kuliah karena nilainya kurang dari standar minimum”
Kondisi yang terjadi di atas merupakan kondisi yang sangat tidak diinginkan oleh orangtua dan remaja. Nyatanya, kegagalan dalam perkuliahan terkadang tidak dapat dihindari. Lalu bagaimana baiknya menghadapi anak yang sedang mengalami kegagalan?
Respons remaja terhadap kegagalan: Berusaha Semakin Keras atau Patah Semangat?
Menurut Pickhardt, Ph.D., psikolog dari Texas (dalam Psychologytoday.com, 2011), terdapat dua respons yang diberikan remaja ketika ia menghadapi kegagalan. Respons yang pertama adalah remaja menjadi termotivasi berusaha dan belajar lebih keras lagi. Sebaliknya, respons yang kedua adalah remaja menjadi patah semangat dan akhirnya menyerah, terutama pada remaja yang merasa telah mengerahkan usaha terbaiknya. Orangtua tentu berharap remaja menunjukkan respons yang pertama, hanya saja remaja memerlukan dukungan dari lingkungan, terutama orangtua, untuk membantu menyalakan kembali semangat mereka yang redup setelah menghadapi kegagalan.
Ketika remaja mengalami kegagalan dalam perkuliahan, apakah orangtua siap?
http://psychotherapycounselling.org/toxic-parents-here-is-how-to-deal-with-them/
Dukungan yang tepat dari orangtua dapat membantu remaja mengumpulkan kembali daya juangnya untuk berusaha lebih baik setelah gagal berprestasi. Sayangnya, tidak semua orangtua siap memberikan dukungan yang tepat. Tidak jarang, respons yang orangtua tunjukkan atas kegagalan remaja justru menyalahkan remaja dengan berbagai alasan. Alasan yang seringkali dipakai misalnya remaja telah melakukan kesalahan, kurang berusaha, kurang menaruh perhatian, atau kurang berpikir jauh ke depan (Pickhardt, dalam Psychologytoday.com, 2011). Respons negatif tersebut membuat remaja semakin merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk berprestasi dan menyerah. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mempersiapkan diri menghadapi kegagalan remaja di perkuliahan sehingga dapat memberikan dukungan yang tepat bagi remaja.
Berikan dukungan yang tepat saat remaja mengalami kegagalan
Amy Morin, psikoterapis dari Universitas Northeastern di Boston (dalam verywellfamily.com, 2017), merekomendasikan beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk memberikan dukungan kepada remajanya yang mengalami kegagalan:
- Jadilah tempat bagi remaja untuk menceritakan perasaannya saat mengalami kegagalan
Buka percakapan tentang kegagalan yang remaja alami, contohnya dengan, “Apa yang kamu rasakan saat gagal mendapatkan nilai yang baik?”. Bicarakan dengan lembut bahwa perasaan malu, sedih, bersalah, dan marah adalah perasaan yang wajar saat mengalami kegagalan. Bila remaja mengatakan tuduhan negatif terhadap dirinya seperti “Aku memang payah; aku bodoh; aku tidak bisa melakukan apa-apa”, katakan bahwa hal tersebut tidak benar. Ajak remaja untuk menyadari bahwa dengan kegagalan yang ia alami, bukan menandakan bahwa ia bodoh atau tidak dapat berbuat apa-apa. Tekankan bahwa kegagalan sebaiknya ia manfaatkan untuk memicu dirinya lebih berusaha di hari depan.
- Puji dan fokus pada usaha yang telah dilakukan oleh remaja
Tidak jarang, kita sebagai orangtua lebih fokus memuji hasil belajar remaja dibanding usaha yang telah ia lakukan. Misalnya saja, saat remaja mendapat IPK di atas 3, orangtua cenderung memuji, “Wah kamu hebat sudah mendapat IPK tinggi!” dibanding “Wah, kamu tekun sekali sudah konsisten belajar 3 jam setiap malam!”. Ada baiknya, orangtua juga fokus pada usaha yang dilakukan remaja. Ketika remaja mengalami kegagalan, misalnya mendapat nilai buruk, berikan masukan yang membangun mengenai usahanya, seperti, “Sebaiknya kamu minta bantuan temanmu yang nilainya lebih baik untuk belajar bersama”. Dengan fokus pada usaha remaja, remaja akan memahami bahwa ia dapat bangkit dari kegagalan dengan berusaha lebih keras.
- Jadilah insipirasi bagi remaja saat menghadapi kegagalan
Anda dapat menceritakan pengalaman Anda sendiri saat menghadapi kegagalan. Mungkin Anda pernah mendapatkan nilai yang buruk ketika kuliah/sekolah dahulu, atau mungkin proyek kerja Anda yang tidak mencapai target. Ceritakan bagaimana perasaan Anda ketika mengalami hal tersebut, dan apa saja yang Anda lakukan untuk mengubah kegagalan menjadi dorongan untuk berjuang lebih keras di kemudian hari. Dengan menceritakan pengalaman sendiri, Anda dapat menjadi inspirasi bagi remaja untuk kembali bangkit dari kegagalannya.
- Ajak remaja mendiskusikan cara memecahkan masalah
Ajak remaja untuk mendiskusikan hal-hal apa saja yang ia pelajari dari kegagalannya. Diskusikan dengan remaja mengenai penyebab kegagalannya dan langkah apa yang akan ia lakukan ke depan agar hasil belajarnya lebih baik dari sebelumnya. Hindari solusi yang abstak seperti “Aku akan belajar lebih rajin”. Usahakan agar solusi yang didiskusikan bersifat detail dan spesifik, sehingga bisa benar-benar dilakukan oleh remaja, contohnya, “Aku akan menambah jam belajar menjadi 3 jam setiap hari” atau “Aku akan mengikuti mentoring minimal 2 kali seminggu dengan durasi dua jam per pertemuan”.
- Menganjurkan remaja untuk konsultasi ke konselor/psikolog
Bila remaja terus berfokus pada emosi negatif akibat kegagalannya, seperti terus-menerus menangis, mengurung diri, tidak mau pergi kuliah, insomnia, atau bahkan nafsu makan menurun hingga mengganggu kesehatan, ada baiknya segera menganjurkan remaja untuk konsultasi ke konselor atau psikolog untuk mendapatkan penanganan.
Sumber:
https://www.psychologytoday.com/blog/surviving-your-childs-adolescence/201108/parenting-adolescents-and-the-problem-blame
https://www.verywellfamily.com/ways-to-help-your-teen-conquer-the-fear-of-failure-2609555
Published at :