PERAN ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK
Apakah anak Anda enggan berkenalan dengan orang baru? Ataukah Anda jarang melihat anak Anda mengajak temannya bermain di rumah? Jika jawabannya adalah iya, maka mungkin saja kalau anak Anda belum memiliki keterampilan sosial yang memadai. Keterampilan sosial sebaiknya diasah sejak dini karena dapat membantu anak dalam hubungan pribadi dan karir kelak saat ia dewasa. Namun bagaimana bagi anak yang sudah menginjak usia mahasiswa? Banyak orangtua yang mempertanyakan tentang peluang anaknya dapat berubah.
Orangtua dan anak perlu saling mendukung dan bekerja sama dalam usaha anak meningkatkan keterampilan sosialnya. Sebelum membahas lebih jauh mengenai usaha peningkatan keterampilan sosial anak, alangkah baiknya orangtua terlebih dahulu memahami apa keterampilan sosial itu. Kata keterampilan berasal dari ‘terampil’, digunakan karena di dalamnya terkandung suatu proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Apabila digabungkan dengan kata sosial maka maknanya merujuk pada suatu keterampilan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian usaha yang orangtua lakukan terkait keterampilan sosial anak ditujukan pada kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
Orangtua dapat memberikan kesempatan anak meningkatkan keterampilan sosialnya melalui latihan. Pelatihan dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti: bermain peran/simulasi, menirukan model yang diperankan video, menirukan model yang diperankan teman sebaya, dan setting in-vivo (Bulkeley dan Cramer, 1990). Beberapa teknik yang digunakan dalam pelatihan keterampilan sosial adalah:
- Modelling (Meniru) dengan cara memperlihatkan contoh keterampilan bersosioalisasi yang spesifik. Orangtua perlu mengenali kesulitan anak dalam bergaul. Ada anak yang sulit untuk melakukan inisiasi berkenalan, maka Ayah / Ibu memperlihatkan cara berkenalan yang tepat. Dengan pelatihan ini dapat membantu anak dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bersosialisasi. Modelling ini juga dapat diperlihatkan melalui video, misalnya membuka youtube mengenai cara seseorang memulai pembicaraan, melakukan pembicaraan, mengakhiri pembicaraan dan seterusnya. Pelatihan modelling ini sangat membantu Anak untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan nyata sosialisasi.
- Selain meniru, sang anak dapat belajr sosialisasi melalui Role Play (bermain peran) yang dilakukan dengan cara mendengarkan petunjuk yang disajikan orangtua atau melalui video. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan diskusi mengenai kegiatan sosialisasi yang akan dilakukan. Misalnya, sang anak ingin meningkatkan cara berkenalan, maka anak akan bermain peran untuk berkenalan dengan ibunya dengan cara-cara yang telah diajarkan sebelumnya. Kemudian latihan ini dikembangkan lagi dengan meminta anak melakukan itu kepada saudara-saudaranya, dan begitu seterusnya. Teknik Role Play ini sangat membantu anak dalam mengenali kejadian-kejadian yang sering membuat ia kesulitan bersosialisasi dan mendiskusikannya bersama orangtua.
- Feedback (umpan balik), hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi pujian terhadap anak yang menunjukkan kemajuan saat anak berhasil melakukan peran yang dilatihkan atau diharapkan
Selain dari tiga tips praktis di atas, yang tidak kalah pentingnya juga ialah membangun harapan anak bahwa ia memiliki kemungkinan untuk berubah dan menjadi lebih terampil dalam sosial.
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...