CINTA DAN LOGIKA
Hadirnya anak dalam keluarga adalah hal yang dinanti-nanti setiap Keluarga. Kehadiran anak juga merupakan sarana penerus generasi yang sangat diharapkan oleh setiap keluarga.
Setiap Orangtua pasti sangat menyayangi dan mencintai anak-anaknya dengan segenap jiwa dan raga mereka. Namun kadang, dalam mengekspresikan sayang dan cinta kita sebagai Orangtua, seringkali kita lupa untuk memberikan Cinta yang baik, yaitu Cinta dengan logika. Ada 2 contoh sikap cinta yang tanpa disertai dengan logika, yaitu :
- Kita sebagai Orangtua terlalu mudah memberikan segala sesuatu yang diinginkan anak, bahkan mungkin tanpa anak meminta.
- Langsung menuruti apapun yang anak inginkan.
Dalam Pengasuhan, terdapat 2 gaya Pengasuhan Orangtua terhadap anak, yaitu :
-
Gaya Helikopter
Mengawasi dan menolong anak terlalu berlebihan. Bila anak mengalami kesulitan, orangtua selalu memberikan pertolongan, melindungi, dan mempermudah segalanya tanpa mendidik agar anak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Tiada hari tanpa perlindungan, anak menemui kesulitan sedikit saja, bantuan langsung datang dan orangtua sangat tidak tegaan padahal mungkin anak tidak “memberikan tanda” meminta pertolongan. Biasanya Orangtua yang sering melakukan Gaya Helikopter ini berdalih bahwa “setiap Orangtua selalu ingin memberikan hal yang terbaik untuk anak-anaknya”.
Apa akibatnya ?
Akibatnya adalah lahir anak yang tidak mandiri dan tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi hidup.
-
Gaya Sersan Pelatih
Orangtua dengan gaya tersebut adalah Orangtua yang cenderung selalu mengatur, otoriter dan penuh dengan perintah. Anak tidak diberikan kesempatan untuk berfikir dan memutuskan karena semuanya sudah diputuskan oleh Orangtua, sehingga Anak tidak terbiasa berfikir dan mengambil keputusan sendiri.
Kedua gaya tersebut sering dilakukan oleh orang tua dengan alasan “atas nama cinta”, namun bukanlah cinta dengan logika dan mungkin terlihat bekerja dengan baik ketika anak masih kecil, tetapi akan bermasalah dikemudian hari ketika anak memasuki tahap Remaja atau menjelang Dewasa.
Lalu harus bagaimana ?
Yang diperlukan adalah Pengasuhan yang efektif dengan memberikan cinta yang tidak permisif (selalu membolehkan apapun yang diinginkan oleh anak). Cinta yang kuat untuk mengizinkan Anak berbuat salah (asal tidak berbahaya) dan menjalani konsekuensi. Cinta dan peduli dengan anak, bukan berarti melindungi dari semua kesalahan dalam proses perkembangannya karena kesalahan adalah kesempatan untuk belajar. Dari kesempatan berbuat salah tersebut akan lahir sikap bertanggungjawab. Apabila kita sebagai orangtua selalu menyediakan semua hal dan memudahkan, anak akan tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanggungjawab.
Berikan anak pilihan dan batasan yang disepakati bersama untuk menyelesaikan masalah sehingga proses pengambilan keputusan pada anak adalah momen yang sangat berharga untuk anak dan Orangtua. Dengan cinta dan logika akan melahirkan anak yang memiliki Konsep Diri yang baik, merasa dicintai, yakin akan kemampuannya dan merasa mampu mengontrol hidupnya sendiri. Anak akan bertanggungjawab, lebih percaya diri, berprestasi, mandiri dan mengerti akan konsekuensi.
Sumber : “Mendidik Anak dengan Cinta dan Logika” by Elly Risman (Yayasan Kita dan Buah Hati)
Created by: Mardiana
Published at :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...