People Innovation Excellence

Saling maaf memaafkan

Masih dalam suasana Lebaran, sebelumnya kami dari Student Advisory and Support Center ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440H bagi Ayah dan Bunda yang merayakan. Bicara soal maaf-maafan, hari raya Idul Fitri merupakan hari yang tepat untuk saling bermaafan. Biasanya orang akan saling memohon maaf kepada orang tua, saudara, sahabat dan kerabat lainnya.  Di Indonesia sendiri, ada sebuah budaya sungkeman, di mana generasi yang lebih muda memohon maaf sekaligus sebagai tanda penghormatan kepada generasi yang lebih tua. Nah sebenarnya, apakah harus selalu yang lebih muda meminta maaf kepada yang lebih tua?

Sebenarnya ada beberapa kesalahan yang secara tidak disadari dilakukan oleh mereka yang lebih tua, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Apa saja kesalahan itu? Simak artikel ini sampai habis ya.

  1. Membanding-bandingkan

Membandingkan anak dengan teman, keponakan, sepupu atau bahkan saudara sekandungnya kadang menjadi hal yang wajar dilakukan. Terkadang Ayah bunda melakukannya secara tidak sengaja dan memiliki tujuan agar anak lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Namun tahukah Ayah Bunda bahwa hal tersebut dapat berdampak cukup besar pada harga diri anak? Setiap anak terlahir unik, bahkan saudara kembar pun memiliki sifat atau kemampuan yang berbeda. Ketimbang fokus pada kekurangan dan membandingkannya dengan anak lain,  ada baiknya Ayah Bunda mengoptimalkan kemampuan anak di bidang yang ia mampu melakukannya dengan baik.

 

  1. Terlalu mengekang

Orang tua terkadang menanggung banyak beban yang membuat pikirannya penuh dengan hal-hal negatif. Hal ini memicu kekhawatiran yang terkadang berlebihan dan membatasi anak. Melarang anak bermain dengan teman-teman sebaya, misalnya. Wajar jika anda khawatir anak terjebak dalam lingkaran pertemanan yang tidak sehat, namun ketimbang membatasinya, ada baiknya Ayah Bunda mulai menjalin komunikasi yang lebih baik dengan anak dan mengenal teman serta lingkungan permainannya.

 

  1. Menuntut anak dewasa sebelum waktunya

Melatih anak untuk mandiri merupakan sebuah proses berkelanjutan. Anak memiliki tahapan perkembangan baik secara fisik maupun emosional yang disesuaikan dengan usianya. Banyak orang tua mengira bahwa usia kuliah harusnya anak sudah dewasa dan bisa “dilepas”. Namun pada sebagian anak, mereka masih butuh bimbingan dan teman diskusi. Latih anak sedini mungkin untuk membuat keputusan dan memilih dengan mempertimbangkan konsekuensi positif maupun negatif dari pilihannya tersebut.

 

  1. Tidak menghargai keinginan anak

Seiring bertambahnya usia anak, maka kemampuan berpikirnya juga akan berkembang. Ia akan memiliki keinginan dan pemikiran-pemikiran sendiri. Tidak jarang keinginan anak bertentangan dengan pilihan Ayah Bunda. Jangan buru-buru membantah atau meremehkan pemikiran anak. Ayah Bunda dapat mendampingi dan memberikan diskusi yang sesuai dengan usianya.

 

  1. Menuntut anak untuk membahagiakan orang tua

Ada baiknya sebelum menjadi orang tua, Ayah Bunda sudah berlatih untuk dapat membahagiakan diri sendiri terlebih dulu. Hal ini penting sehingga anak tidak memiliki beban atau bertanggung jawab atas kebahagiaan orangtua. Orang tua juga tidak memiliki ekspektasi tinggi bahwa anaknya akan selalu memberikan kebahagiaan. Kebahagian merupakan tanggung jawab masing-masing individu.

 

  1. Tidak peka terhadap perasaan anak

Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak merupakan kunci penting terjalinnya hubungan yang sehat. Saat anak mencoba mengutarakan perasaannya, coba Ayah Bunda dengarkan terlebih dulu. Tahan keinginan untuk menginterupsi atau memberikan nasihat. Saat anak didengarkan, anak membangun kepercayaan bahwa ia memiliki tempat yang tepat untuk menyampaikan pendapat.

Ayah Bunda, sekian kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan orang tua baik disadari maupun tidak. Saat Ayah Bunda menyadari sedang atau terlanjur melakukan kesalahan, segera meminta maaf dan memperbaiki diri. Mengutip kata-kata dari seorang praktisi mindfulness dan emotional healing, Adjie Santosoputro: “Orang tua yang memiliki usia jauh lebih tua, tidak hanya memaafkan anak namun juga perlu meminta maaf pada anak. Begitu pun dengan anak walaupun usia jauh lebih muda, tidak hanya selalu meminta maaf, namun maafkanlah orang tua. Menjadi anak atau orang tua merupakan posisi yang sama-sama tidak mudah,” karena tidak ada sekolah menjadi anak atau menjadi orangtua yang baik seperti apa.

Oleh karena itu, mari budayakan moment meminta maaf dan memaafkan bukan hanya pada saat berhari raya saja, namun bisa dilakukan setiap hari baik dilakukan dari anak ke orangtua atau dari orangtua ke anak J.

 

Sumber: https://id.theasianparent.com/7-dosa-orang-tua-kepada-anak

https://www.instagram.com/p/BzDQ4t6gOgO/

 


Published at :

Periksa Browser Anda

Check Your Browser

Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

We're Moving Forward.

This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

  1. Google Chrome
  2. Mozilla Firefox
  3. Opera
  4. Internet Explorer 9
Close