People Innovation Excellence

Are we Toxic Parent ?

Menjadi orang tua tentu sangat membahagiakan. Dengan hadirnya anak dalam keluarga hampir sebagian besar tujuan hidup kita sebagai individu berubah. Yang awalnya hanya ada saya dan “kamu” (pasangan), setelah ada anak, berubah menjadi “kita”. Alamiahnya semua orang tua hampir dipastikan menyayangi, melindungi dan akan berusaha memenuhi setiap kebutuhan anak–anaknya. Sudah seharusnyalah kita sebagai orang tua mengasihi dan mencintai anak-anak kita seutuhnya dan tentunya tanpa syarat. Namun tidak sedikit orang tua mengartikan makna rasa cinta dan sayang mereka ke anak-anaknya dengan cara yang berbeda yang mengakibatkan anak-anak justru merasa terluka baik secara fisik, mental ataupun emosi.

Tidak sedikit anak-anak memiliki orang tua yang cenderung destruktif, dan yang terparah adalah “meracuni” pemikiran anak. Pengertian racun sendiri, mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti, zat yang dapat menyebabkan kesakitan dan bisa berujung pada kematian. “Racun” dalam konteks pengasuhan ini adalah sesuatu yang ditimbulkan dari orangtua kepada anak yang dilakukan secara terus menerus baik sadar ataupun tidak sadar, misalnya penilaian atau perlakuan negatif dari orang tua kepada anak.

Dalam istilah Psikologi, orang tua dengan karakteristik demikian dinamakan sebagai Toxic Parents (Orangtua yang “beracun”). Sering kita temui orang tua yang berbicara kasar dengan anak, bahkan di depan banyak orang. Mereka terlihat baik-baik saja sebagai orang tua, misalnya seluruh kebutuhan anak-anak selalu dipenuhi bahkan bisa saja berlebih dalam pemenuhan kebutuhan anak dan selalu berupaya memberikan setiap hal menjadi hal yang terbaik untuk anak-anak namun ternyata ada beberapa dari perilaku orang tua yang secara tidak sadar justru menjadi “racun” dalam pribadi anak-anak.

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi tanda atau ciri Toxic Parents :

  1. Terlalu sering mengkritik anak & tidak membiarkan anak mengemukakan pendapat

Orang tua cenderung hampir selalu mengkritik setiap apa yang dilakukan oleh anak dan tidak mempercayai anak mampu melakukan sesuatu hal dengan benar. Toxic Parents juga cenderung tidak mengizinkan anak mengemukakan pendapatnya, terutama pendapat yang berseberangan dengan pendapat orang tua dan sering sekali menyela ketika anak sedang mengemukakan pendapatnya. Efek dari anak yang tidak diberikan “ruang” untuk berpendapat dan terlalu sering dikritik adalah anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak pecaya diri, anakpun tidak memiliki ketrampilan dalam mengutarakan pendapat ke orang lain dan sulit dalam membuat keputusan penting dalam hidupnya.

  1. Selalu menyalahkan anak untuk hal-hal yang buruk

Orang tua menyalahkan anak untuk hal-hal buruk yang terjadi dalam keluarga, padahal penyebabnya bisa dari berbagai macam faktor. Misalnya : usaha keluarga turun ketika anak kedua lahir. Kemudian orang tua sering sekali membahas hal tersebut. Akibatnya anak merasa bahwa dialah yang menjadi penyebab dari kemalangan keluarga.

  1. Mempermalukan, membandingkan dan membicarakan keburukan anak

Setiap individu memiliki kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk dihargai dan diterima oleh orang lain atau lingkungan. Sama halnya juga setiap anak pasti memiliki kebutuhan untuk dihargai dan diterima oleh orang tua mereka tanpa syarat, apapun kondisi anak. Baik buruknya kondisi setiap anak tentu akan diterima oleh orang tua, salah satunya adalah menjaga perasaan anak. Namun tidak sedikit kita temui orang tua yang membicarakan hal buruk anak di depan orang lain, misalnya di depan guru sekolahnya, orang tua mengatakan “ya bagaimana mau punya nilai bagus Bu, wong di rumah kerjaannya main games terus”. Dalam kasus lain misalnya orang tua membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Contoh kasus : orang tua mengatakan “si A ini tidak seperti adiknya yang rajin dan hemat. A ini kalau mau belajar harus disuruh terlebih dahulu dan boros sekali dalam penggunaan uang. Adiknya IPK nya sampai tiga koma Bu, beda sekali dengan A”.

  1. Menjadi “Rentenir”

Kita juga tentu sepakat bahwa orang tua telah banyak berkorban demi masa depan setiap anak-anaknya. Istilah “Rentenir” ini adalah untuk orang tua yang sering sekali mengungkit tentang besarnya biaya yang telah dikeluarkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Hal ini biasanya dilakukan orang tua sebagai “senjata” agar anak selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tua sehingga anak merasa “tidak enak hati” jikalau harus menolak keinginan orang tua atau dengan dalih “orang tua melakukan ini dan itu semuanya demi kebaikan anak nantinya”.

Lalu, apa saja dampak yang akan terjadi pada anak dengan Toxic Parent tersebut ?

Untuk anak yang cenderung bertipe Penurut, mereka akan tumbuh menjadi anak yang selalu ingin membahagiakan orang tua tanpa memikirkan dan melibatkan emosi mereka sendiri. Mereka akan cenderung “mengabaikan” perasaannya sendiri. Anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak berani mengungkapkan pendapat dan keinginan mereka secara dewasa, tidak hanya ke orang tua melainkan juga ke orang lain. Untuk anak yang cenderung bertipe Pemberontak, mereka akan tumbuh menjadi anak yang membangkang, bukan hanya kepada orang tua saja melainkan bisa juga pada aturan yang terjadi di masyarakat atau lingkungan. Dan… yang menjadi mimpi buruk adalah anak-anak dengan Toxic Parent bisa berubah menjadi “monster” bagi anak-anak mereka kelak. Maksudnya bisa saja anak tersebut akan tumbuh menjadi Toxic Parent seperti orang tua mereka atau sebaliknya, tidak memiliki kepercayaan diri yang utuh dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka nantinya karena rendahanya harga diri mereka.

Kita semua tentu sepakat bahwa setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk setiap anak-anaknya namun kitapun menyadari sebagai orangtua, di dunia ini kita bukanlah orangtua yang sempurna.

Mari kita merenung sejenak, adakah perilaku kita yang dapat menjadi “racun” bagi anak?

Dear Parents, marilah kita terus belajar memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita dan mencoba terus ada untuk mereka.  Mari kita memandang setiap anak adalah istimewa dengan keunikan mereka masing-masing dan menerima serta mencintai anak tanpa syarat.

Sumber :

https://schoolofparenting.id/toxic-parents-apa-dan-bagaimana-bahayanya/

https://www.idntimes.com/life/family/sophia-marie/7-tanda-nyata-orangtua-beracun-toxic-parents-1/full

https://blog.ruangguru.com/apakah-anda-termasuk-toxic-parents

Gambar diambil dari Google

 

 


Published at :

Periksa Browser Anda

Check Your Browser

Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

We're Moving Forward.

This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

  1. Google Chrome
  2. Mozilla Firefox
  3. Opera
  4. Internet Explorer 9
Close