People Innovation Excellence

Peduli Kesehatan Mental Remaja

       Jika ditanya arti sehat mental, kira-kira apa jawaban kita sebagai orangtua? Beberapa dari kita mungkin menjawab sehat mental artinya tidak sakit jiwa. Beberapa yang lain mungkin menjawab sehat mental berarti jadi orang yang normal saja.  Ada juga mungkin yang menjawab sehat mental berarti pikiran yang tenang dan hati yang bahagia. Menurut KBBI, definisi mental bersangkutan dengan batin dan watak manusia, bukan bersifat badan atau tenaga. Mental yang sehat dapat diartikan sebagai kesejahteraan batin secara penuh, tidak semata-mata berupa absennnya penyakit atau kelemahan tertentu. Individu yang sehat secara mental serasi dalam seluruh aspek psikologisnya (pikiran, emosi, dan tingkah laku) sehingga bisa optimal dalam menjalankan kehidupan dan memiliki relasi yang memuaskan, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

       Anak remaja menjelang dewasa mengalami masa transisi yang tidak mudah. Beberapa hal yang umum terjadi di masa tersebut adalah perubahan lingkungan sekolah ke lingkungan kampus, beban dan tuntutan akademis yang semakin berat, konflik dengan orangtua, ketiadaan teman atau pacar, kebingungan akan masa depan, dan isu-isu diri lainnya. Semua itu dapat berisiko terhadap kesehatan mental mereka. Anak bisa jadi stres yang jika tidak ditangani dengan tepat akan membuat keadaan semakin buruk.

        Adalah sangat penting bagi kita sebagai orangtua untuk mengambil peran dalam pengalaman yang terkait dengan kesehatan mental anak. Salah satunya adalah menyadari tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak sedang kesulitan mengatasi sesuatu dalam dirinya. Tanda-tanda tersebut diantaranya:

mentalhealth3

  • Merasa sedih dan menarik diri selama lebih dari dua minggu. Misalnya: anak berada di kamar terus, menolak ke kampus, menghindar bertemu teman-teman atau anggota keluarga, hampir sepanjang hari terlihat sedih atau murung.
  • Mencoba menyakiti dirinya sendiri atau berpikir untuk melakukan hal tersebut. Misalnya: anak berbicara tentang keinginannya menyakiti diri sendiri, mencoba memukul dirinya sendiri, menyayat kulitnya atau bahkan mencoba bunuh diri.
  • Sering merasa takut atau panik untuk alasan yang kurang jelas. Misalnya: saat sedang pergi bersama, tiba-tiba anak merasa takut dan tidak nyaman lalu minta pulang, padahal tidak ada situasi yang mengancam.
  • Susah mengontrol emosi dan perilakunya. Misalnya: anak menjadi rentan, mudah tersinggung, mengungkapkan kemarahannya berlebihan pada orangtua atau teman dengan bicara kasar bahkan membanting barang-barang, padahal biasanya anak cukup tenang dan terkendali.
  • Mood berubah dalam waktu cepat (mood swing). Misalnya: suatu saat ia terlihat ceria, saat berikutnya ia murung dan menangis. Pergantian mood ini bisa saja karena hal yang terlihat sepele bagi orangtua.
  • Nafsu makan terganggu. Misalnya: nafsu makan bisa berkurang drastis atau malah bertambah berlebihan. Dalam waktu singkat, berat badan anak menurun atau meningkat.
  • Jam tidur kacau atau tidur tidak pulas. Misalnya: biasanya anak tidur jam 11 malam, sudah beberapa waktu ini baru bisa tidur jam 2 atau 3 pagi. Selain itu, tidurnya kurang nyenyak, jadi sehari-hari tampak lemas dan kurang tidur.

        Bila orangtua menemukan tanda-tanda tersebut pada anak, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

mentalhealth2jpeg

  • Mendengarkan dengan perhatian. Benar-benar mendengar adalah hal yang sulit. Kecenderungan kita saat mendengar anak mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiran kita adalah mengoreksi atau membantah. Mari mencoba untuk mendengarkan saja apa yang disampaikan anak, termasuk emosi yang mereka rasakan. Tidak usah mencoba untuk membantah atau mengubah pemikiran mereka. Mendengarkan tanpa berkomentar bukan berarti kita menyetujui apa yang dikatakan anak namun itu menunjukkan bahwa kita berusaha memahami mereka. Pada saat-saat sulit, anak butuh sekali untuk dipahami orangtua.
  • Memberikan dukungan emosional. Orangtua dapat menunjukkan kasih sayang dengan mendampingi anak dalam situasi sulit, memeluk mereka saat sedih, memberikan kata-kata positif, bersikap sabar dan perhatian. Anak dapat melihat bahwa kita berada dalam tim yang sama dengan mereka, berdampingan dengan anak untuk pemulihan kesehatan psikologis mereka.
  • Mencari informasi yang tepat. Ketika anak sedang mengalami isu terkait kesehatan mental, kita mungkin mendengar orang-orang berbicara tentang apa yang mereka tahu dan apa yang sebaiknya kita lakukan. Kondisi lain yang bisa terjadi adalah kita menolak melihat kondisi sebenarnya, merasa anak baik-baik saja dan tidak mau mencari informasi. Penting sekali kita memperoleh informasi yang tepat tentang kesehatan mental anak. Kita dapat mencari informasi tersebut dengan membaca buku, berkonsultasi dengan konselor di kampus, atau langsung bertanya ke profesional.
  • Melibatkan seluruh anggota keluarga. Tanggung jawab merawat anak memang ada di orangtua tapi tidak berarti jika terjadi sesuatu dengan mereka, kita harus menghadapinya sendirian. Ambil segala sumber bantuan yang kita punya, termasuk melibatkan seluruh anggota keluarga (adik, kakak, paman, dll) untuk bekerja sama menolong anak untuk kembali sehat secara psikologis.
  • Meminta bantuan tenaga profesional (psikolog, konselor, atau psikiater). Menemui psikolog adalah hal yang perlu dilakukan jika isu kesehatan mental anak sudah semakin serius. Mungkin anak enggan bercerita pada kita sebagai orangtua, di sisi lain kita juga memiliki keterbatasan menggali masalah anak yang sebenarnya. Psikolog atau konselor dapat membantu menguraikan kesulitan yang sedang dihadapi anak dan menemukan alternatif penanganan psikologis yang tepat.

        Memperhatikan kesehatan mental anak sama pentingnya dengan memperhatikan kesehatan fisik mereka. Orangtua yang sadar dan peduli pada kesehatan mental akan menolong anak untuk keluar dari situasi sulit yang mereka hadapi. Dengan mental yang sehat, anak akan semakin sejahtera menjalankan peran di lingkungannya. Mereka akan memiliki relasi yang berkualitas dengan orangtua, teman, dan tentu saja diri mereka sendiri.

Sumber:

http://counselingtreatment.weebly.com/kesehatan-mental.html

https://www.mentalhealth.gov/talk/parents-caregivers/

http://www.copmi.net.au/parents/helping-my-child-and-family/worried-about-your-child

 


Published at :

Periksa Browser Anda

Check Your Browser

Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

We're Moving Forward.

This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

  1. Google Chrome
  2. Mozilla Firefox
  3. Opera
  4. Internet Explorer 9
Close