People Innovation Excellence

SIBLING RIVALRY : Menyikapi Persaingan Antar Saudara Kandung

Sibling RivalrySibling rivalry bisa diartikan sebagai kompetisi antar saudara kandung, baik antar saudara kandung yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda. Kompetisi ini diwarnai oleh rasa iri, cemburu, dan persaingan. Bersaing untuk mendapatkan sesuatu, seperti perhatian ibu, mainan baru, dan lain-lain. Bersaing bisa pula untuk membuktikan sesuatu, seperti menjadi yang paling berprestasi, paling disayang orangtua, paling banyak teman, dan lain-lain.

Persaingan antar saudara kandung dapat terlihat sejak ibu mengandung anak kedua. Beberapa anak pertama akan menunjukkan sikap senang dengan calon adik baru namun beberapa mulai menunjukkan sikap makin rewel, menolak berpisah dengan ibu, dan lain-lain. Setelah anak kedua lahir, anak pertama melihat kasih sayang dan perhatian orangtua tercurah pada anggota baru di keluarga. Ia tidak lagi menjadi paling istimewa dan berkuasa. Ia kini harus berbagi dengan adiknya. Waktu bermainnya dengan ayah dan ibu berkurang, barang-barang lamanya digunakan oleh adik ‘baru’ ini, keinginannya tidak lagi paling diutamakan. Ini dapat memunculkan persaingan dengan adiknya tersebut demi mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua.

Seiring berkembangnya fisik, kognisi, dan mental anak, persaingan antar saudara kandung dapat menurun karena anak sudah lebih dapat berpikir tentang kondisi yang terjadi di sekitarnya. Akan tetapi, persaingan bisa pula berlanjut sampai dewasa. Bentuk persaingan antar saudara kandung saat masih anak-anak, remaja, dan dewasa dapat berbeda terkait kebutuhan yang juga berbeda dalam setiap tahap perkembangan. Ketika masih anak-anak, yang diperebutkan adalah mainan atau waktu bermain dengan orangtua. Mereka protektif sekali dengan mainan pribadi sehingga kesal jika mainan tersebut diambil saudara kandung lain. Hal lain yang biasa terjadi adalah salah satu cemburu dengan mainan yang dimiliki lainnya lalu akhirnya berebut mainan.

Beranjak remaja, mereka mulai mencari jati diri dan independensi. Ada penyesuaian akan perubahan fisik, sosial, dan emosi. Persaingan antar saudara kandung muncul dalam bentuk bentrokan peran dan tanggung jawab. Salah satu menganggap tugas dan perannya tidak sebanding dengan yang lainnya, orangtua dianggap berlebihan atau tidak adil dalam membagi tugas. Misalnya: kakak perempuan memberontak karena selalu ia yang ditugaskan mencuci piring sementara adik laki-lakinya boleh langsung menonton TV sehabis makan, adik perempuan cemburu pada kakak laki-lakinya yang mendapat kebebasan lebih banyak dari orangtua tentang jam malam.

Menjelang dewasa, individu dihadapkan pada berbagai tantangan dan perubahan lainnya. Memilih jurusan di perguruan tinggi, merencanakan pekerjaan, mulai mandiri secara finansial, dan sebagainya. Persaingan bisa berbentuk usaha untuk ‘lebih’ dari saudara kandungnya, saling memperlihatkan apa yang telah dicapai masing-masing, menunjukkan keunikan diri, bahwa ia berbeda dari saudara kandungnya.

Sebenarnya wajar jika muncul persaingan antar saudara kandung. Perlu mendapat perhatian lebih lanjut jika terdapat ketegangan dan konflik terus-menerus diantara saudara kandung yang sulit diatasi. Muncul perilaku agresif terhadap saudara kandung yang semakin meningkat dalam hal kuantitas dan intensitas, seperti memukul, menendang, mencakar, dan merusak milik saudara kandung. Selain perilaku-perilaku tersebut, hal meningkat lainnya yang perlu diperhatikan adalah sikap tidak mau berbagi dengan saudara kandung, tidak mau membantu saudara kandung, dan sering mengadukan kesalahan saudara kandung ke orangtua.

Persaingan antar saudara kandung yang kurang diatasi dengan baik dapat berdampak pada diri anak sendiri, pada interaksi dengan orangtua, pada interaksi dengan saudara kandung, dan pada interaksi dengan lingkungan di luar keluarga. Ini berkaitan dengan cara pandangnya terhadap kebutuhan pribadi dan respon orang sekitar dalam memenuhi kebutuhannya itu. Jika anak melihat kebutuhan saudara kandungnya lebih terpenuhi daripada kebutuhan pribadinya, ia bisa merasa cemburu. Saat anak lebih besar, ia mungkin kurang percaya diri, minder, atau menarik diri. Interaksi dengan orangtua dapat terganggu juga, anak bisa jadi lebih dependen atau malah lebih agresif pada orangtua, terutama ibu. Hubungan orangtua dan anak menjadi kurang hangat dan menyenangkan. Dampak pada saudara kandung salah satu yang bisa jelas terlihat. Hubungan kakak dan adik bisa renggang, malah saling bermusuhan padahal saudara kandung bisa menjadi sumber dukungan, tempat berbagi, dan teman yang baik. Tidak hanya interaksi di dalam keluarga, interaksi anak dengan lingkungan luar pun bisa terganggu. Di sekolah mungkin saja anak kurang bergaul, beberapa kali bertengkar dengan teman sekelas, kurang bisa menyesuaikan diri, dan sebagainya.

  • Dampak negatif persaingan antar saudara kandung bisa diminimalisir. Orangtua tentu saja memegang peranan penting akan hal ini. Beberapa hal yang dapat diperhatikan orangtua:
    Menghargai keunikan setiap anak. Salah satu perilaku yang cukup sering dilakukan orangtua adalah membanding-bandingkan, tidak selalu pakai kata “lebih dari” atau “kurang dari”, misalnya: “kakak kamu itu gak pernah ngerepotin mama”, “contoh dong adik kamu, juara terus di kelas”. Maksud orangtua mungkin untuk memotivasi anak supaya lebih baik, tetapi disadari atau tidak, ini pelan-pelan dapat menumbuhkan rasa iri dan tidak suka pada saudara kandungnya. Anak-anak jadi saling berusaha merebut perhatian atau pengakuan dari orangtua atau sebaliknya malah menjauh dari keluarga. Setiap anak perlu mendapat penghargaan akan keunikan pribadinya. Dua atau tiga orang anak lahir dalam keluarga yang sama, menurunkan gen yang sama tetapi bisa berbeda dalam hal kemampuan intelektual, bakat, minat, dan kepribadian.
  • Memberi perhatian dan kasih sayang yang proporsional untuk setiap anak. Bersikap adil pada setiap anak akan sulit sekali dilakukan, jika mengartikan adil sebagai memperlakukan setiap anak dengan sama. Apakah jika ibu memeluk adik, kakak harus dipeluk juga pada saat itu? Atau saat anak pertama ulang tahun dan dapat kado, adik juga harus dapat kado? Setiap anak mendapat porsi untuk kasih sayang dan perhatian orangtua, menyediakan waktu berinteraksi dengan setiap anak. Tidak hanya perhatian, penerapan disiplin juga ada porsinya untuk setiap anak. Menghindari adanya ‘anak favorit ayah’ atau ‘anak emas ibu’ akan membantu setiap anak merasa dipedulikan dan disayangi.
  • Mengakui dan menerima perasaan setiap anak, termasuk perasaan kesal atau marah. Wajar jika anak-anak merasa kesal pada orangtua atau saudara kandungnya. Mengabaikan begitu saja perasaan mereka akan menyakiti mereka. Mengakui perasaan anak saat itu tanpa menghakimi benar atau salah akan membantu anak belajar menguasai emosinya. Anak akan belajar bahwa meskipun ia kesal pada saudara kandungnya, tidak harus diikuti dengan memukul saudara kandungnya.
  • Menangani konflik antar saudara kandung dengan bijak. Saat anak-anak bertengkar, orangtua sebaiknya tidak segera ‘lompat’ mengatasi masalah. Biarkan mereka berusaha menyelesaikan dulu. Jika orangtua intervensi, sebaiknya orangtua tidak membela yang satu dan menyalahkan yang lain, misalnya: “kakak harus ngalah dengan adik”. Mencari siapa yang benar dan salah akan memunculkan perasaan bersalah di salah satu anak dan perasaan berkuasa pada anak lainnya. Lama-kelamaan yang satu merasa disisihkan dari yang lain, merasa diperlakukan tidak adil, pada akhirnya berdampak pada persaingan yang makin tidak sehat dengan saudara kandung. Orangtua perlu peka menghadapi konflik yang terjadi diantara anak-anak. Cara mengatasi konflik yang diterapkan orangtua dapat menjadi nilai-nilai yang dipegang anak saat mereka dewasa nanti, mereka bisa belajar mendengar perspektif orang lain, bernegosiasi, dan mengontrol diri.

Persaingan antar saudara kandung mungkin tidak dapat dihindari tetapi bisa diatasi dengan cara yang sehat. Hubungan dengan saudara kandung adalah salah satu hubungan yang paling lama dimiliki selain hubungan dengan orangtua. Memiliki hubungan yang mendalam dan bermakna dengan saudara kandung akan menjadi salah satu dukungan utama saat setiap orang mengalami kesulitan, tantangan, dan perubahan hidup.

 

 

Referensi :

  • https://childdevelopmentinfo.com/ages-stages/school-age-children-development-parenting-tips/sibling_rivalry/
  • Hurlock, E.(1989).Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Published at :
Leave Your Footprint

    Periksa Browser Anda

    Check Your Browser

    Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

    Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

    Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

    Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

    We're Moving Forward.

    This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

    If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

    Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

    1. Google Chrome
    2. Mozilla Firefox
    3. Opera
    4. Internet Explorer 9
    Close